Kurang optimalnya penggunaan IT

Label:

 Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi (IT), khususnya Internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga tersedia layanan informasi yang lebih baik untuk peserta didik. Layanan pendidikan dapat dilaksanakan melalui sarana internet. Misalnya berupa penyediaan materi pembelajaran secara online dan materi tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Kondisi pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan pada saat ini, baru memasuki tahap mempelajari kemungkinan untuk pengembangan dan penerapan IT tersebut. Secara teori, terdapat banyak manfaat dan kemudahan yang dapat dirasakan dengan pemanfaatan IT.  Namun dalam kondisi nyata, kenapa pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan masih belum optimal?
Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kendala penerapan IT di bidang pendidikan. Kendala tersebut antara lain adalah kemampuan tingkat manajerial di pemerintah yang sebagian besar tidak memiliki basis teknologi informasi khususnya teknologi Internet, sehingga banyak sekali pekerjaan yang lebih efisien dengan penerapan teknologi informasi tidak dilirik atau bahkan dihindari penerapannya.
Kemudian yang menjadi kendala penerapan IT di bidang pendidikan adalah masih banyak sarana- sarana di sekolah yang belum memadai untuk penerapan IT. Bagaimana mungkin sebuah sekolah akan menerapkan pembelajaran dengan media IT, jika masalah penyediaan komputer saja masih belum dapat diatasi
Keterbatasan biaya dan tenaga operasional juga menjadi kendala. Untuk bisa memanfaatkan IT tentu perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut, karena tidak setiap guru mampu mengoperasikan media IT. Untuk sekolah yang mempunyai kemampuan baik tenaga maupun biaya tentu tidak akan menjadi masalah, namun bagi sekolah yang miskin dan tenaga gurunya pas-pasan, kondisi ini merupakan masalah baru yang sulit diatasi.
Selanjutnya, anggapan sebagian stakeholder bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal. Biasanya, beban orang tua siswa pun menjadi lebih berat. Sebab untuk memenuhi kebutuhan akan media IT tersebut, salah satu sumber dana sekolah adalah dengan membebankan kepada orang tua siswa.
Kendala selanjutnya adalah persepsi yang salah terhadap media pembelajaran. Alasan yang sering didengar, mengapa guru enggan memanfaatkan media pembelajaran karena dengan memanfaatkan media tersebut jam pelajaran siswa menjadi terganggu. Kondisinya memang cukup memperihatinkan. Artinya persepsi guru terhadap media pembelajaran masih salah. Padahal seharusnya justru dengan bantuan media IT, materi yang disampaikan lebih jelas dan konpreherensif karena pemahaman siswa diharapkan hampir sama. Akibatnya guru juga merasa terbebani, karena dituntut harus lebih kreatif dan memiliki persiapan pengajaran yang lebih matang.
Untuk mengatasi salah satu kendala sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa perlu untuk  meneliti tentang bagaimana upaya peningkatan kemampuan guru menggunakan IT dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan teman sejawat di SMA 

My Journey to Feel the Light

 Andreas Darwis Triadi adalah sosok penting di dunia fotografi Indonesia. Sebagai fotografer komersial lelaki kelahiran Solo tahun 1954 ini telah melayani segala pesanan rumit dengan keterampilan rekayasa gambar sesuai dengan permintaan klien. Sementara sebagai seniman foto, ia telah melakukan pengembaraan dalam berbagai macam pendekatan fotografi sesuai dengan tuntutan idealismenya.

Kalau akhirnya kali ini Darwis meneruskan perjalanan kreatifnya dalam My Journey to Feel the Light adalah sebuah keniscayaan. Proyek ini, mendokumentasikan proses pemotretannya dalam sebuah dalam docutainment dalam format video, yang kemudian diteruskan dalam bentuk buku ini, adalah obsesinya sejak dulu. ”Paling tidak saya ingin menunjukkan bahwa saya pernah berbuat. Ini penting sebagai catatan sejarah, bukan untuk kepentingan saya pribadi, tapi untuk publik yang lebih luas,” ungkap anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Sumantri Brotosewoyo-Sukarti ini.

Memang, ini bukan ide orisinal, sebab banyak fotografer yang sudah melakukannnya. Apalagi dengan adanya media TV yang berkembang pesat sangat mungkin proyek seperti ini sudah banyak diproduksi. Di luar negeri kita memang sudah bisa menyaksikan karya-karya dokumentasi fotografi yang bagus dan menarik. Tapi di Indonesia, lelaki yang pernah menjadi pilot di perusahaan charter flight selama 1,5 tahun sebelum memutuskan menjadi fotografer itu, sering merasa geregetan, karena fotografi hanya selintas saja, tanpa pernah menjadi fokus utama.

Mengapa Yogyakarta? Karena kota ini sudah tidak asing bagi Darwis Triadi. Pria berkumis yang dibesarkan dalam keluarga modern tapi masih kental dengan nilai-nilai Jawa ini sudah familier dengan Kota Budaya itu. Tentu Yogyakarta bukan tujuan akhir, justru titik awal untuk melangkah menggali kreativitas ke kota-kota lain di Indonesia, lokasi-lokasi yang eksotis, bahkan tidak menutup kemungkinan ke pusat-pusat keajaiban dunia.

Teknik memang penting, yang harus diketahui dan dipelajari oleh seorang fotografer untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Termasuk tuntutan teknologi mutakhir kamera digital di mana gambar bisa dihasilkan secara instan. Tapi bagi Darwis Triadi masa itu sudah terlewati. ”Tahapan yang paling tinggi itu adalah bagaimana merasakan cahaya,” kata ayah dua putri itu sambil menambahkan bahwa tiga fase yang dilalui oleh seorang fotografer adalah fix the light, see the light, dan feel the light.

Menurut Darwis, cahaya adalah unsur yang paling penting dalam fotografi. Hanya saja, ketika memotret di luar ruang (outdoor) ketika sinar matahari tidak bersahabat alias tidak sesuai yang diharapkannya, misalnya tertutup awan, banyak fotografer yang panik. “Padahal, fotograger yang baik harusnya bisa menyesuaikan diri dalam kondisi dan cuaca apa pun. Kita yang create cahaya!” ujar Darwis yang mengaku basic-nya di outdoor itu.

Melalui karyanya kali ini Darwis, yang terjun di fotografi fashion sejak 1979 itu, ingin membuktikan bahwa ia tidak hanya bisa meng-create cahaya, tapi juga menangkap objek, sehingga menghasilkan gambar dengan angle dan komposisi yang kadang-kadang tidak dipikirkan dan dilihat mata orang kebanyakan.

Di era kamera digital ini ada yang berpendapat bahwa faktor teknik tidak lagi dominan. Orang awam bisa menghasilkan gambar bagus dari kamera pocket digital dengan hanya mengikuti petunjuk yang tersedia. ”Tapi justru itulah tantangan seorang fotografer profesional,” ujar Darwis yang biasa menggunakan Canon EOS-1 Ds Mark II (16 Megapixel), kamera SLR yang tercanggih, serta kamera medium format menggunakan digital back Phase One H10 (10 Megapixel).

Selama tiga tahun terakhir ini yang namanya digital mengubah semua teknis fotografi. Darwis tidak sependapat jika dikatakan bahwa kamera digital tidak memilki nilai seni. Justru fotografer yang baik harus mau belajar dan meng-update ilmu fotografinya. Bagi Darwis, yang telah banyak memotret model dan selebriti papan atas Indonesia mulai dari Enny Sukamto hingga Kris Dayanti ini, belajar tidak mengenal batas usia, bahkan menjadi kewajiban manusia yang ingin maju dan berkembang. Ia sendiri beberapa kali mengikuti kursus lighting dan teknik kamera di Swiss dan Jerman sejak 1983 itu. Hanya saja, ”belajar fotografi itu tidak harus kepada fotografer. Saya justru belajar dari pelukis, dari dokter, dari siapa saja,” ungkap pemilik Darwis Triadi School of Photography itu.

Perjalanan ke Yogyakarta, 16 – 19 April 2005 tentu tidak sekadar menyambangi Pasar Burung Ngasem, Taman Sari, Ratu Boko, dan Pasar Prambanan. Memotret tiga model tentu bukan sekadar mengadikan wajah multi etnis mereka – Lana (22 tahun) mewakili wajah Indo, Imelda (22 tahun) yang Oriental, serta Puri (30 tahun) yang memancarkan eksotisme Jawa. My Journey to Feel the Light lebih tepat dianggap sebagai perjalanan kreatif spiritual. Perjalanan seorang fotografer yang memperlihatkan sebuah proses pemotretan objek yang berada di depannya, sampai mencari dan menentukan sendiri latar belakangnya; sehingga terbentuk suatu wawasan bahwa mereka bukanlah sekadar objek, dengan latar belakang situs bersejarah atau lingkungan sosial tertentu yang unik, tapi juga sikap hidup Darwis Triadi sebagai manusia. (Burhanuddin Abe)

Sejarah Vespa Congo ( Vespa Garuda )

Label:

Perang yang berkecamuk di benua Afrika dalam dekade 1960'an memberikan dampak yang irasional terhadap popularitas Vespa khususnya di Tanah air tercinta ini. Sebagai bagian dari kepedulian Bangsa Indonesia terhadap perdamaian dunia, maka setelah berakhirnya Perang Congo (negara ini beberapa kali berganti nama Congo, Zaire, Congo), pada tanggal 31 Juli 1960 PBB mendaulat Republik Indonesia untuk mengirimkan pasukannya guna menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Negara Congo. Wujud kepedulian yang tinggi Bangsa Indonesia mengutus pasukan terbaiknya ke Congo dengan sandi Pasukan Garuda Indonesia.Setelah tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian diselesaikan, Pasukan Garuda Indonesia menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia, dimana salah satunya berupa Vespa.

IMM Barber USB 2GB Flash Drive sisir sekaligus flashdisk

Label:

Tentu saja, anda bisa dapat 2 keuntungan yaitu bisa selalu tampil ganteng/ cantik tetapi di lain sisi, anda juga bisa simpan data digital. :D
Flashdisk sisir ini dijual dengan harga US$ 35.99 (sekitar Rp. 400.000).
Sumber berita
IMM Barber USB 2GB Flash

Antara Reggae dan Rasta

Label:

 Reggae dan Rasta

Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. “Reggae adalah nama genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of life,” ujar Ras Muhamad (23), pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. “Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan,” ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini.

Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. “Para anggota The Wailers (band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari,” papar Ras.
Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia—adalah seorang penganut rasta.
Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. “Misalnya waktu saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari,” ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.
Pemusik Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu hakikat filosofi, yakni cinta damai. “Yang saya ikuti cuma cinta damai itu,” tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu.
Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.
Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang mengaku musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada “berdamai”. “Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil,” tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja.
Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. “Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum dengan reggae,” ujar Steven mantap.
Sila dan Joni dari Bali menegaskan, seorang rasta sejati tidak harus identik dengan penampilan ala Bob Marley. “Rasta sejati itu ada di dalam hati,” tandas Sila sambil mengepalkan tangan kanan untuk menepuk dadanya. 

MATA UANG KUNO ROMA MENONJOLKAN EROTISME

Label:



gaycoin Mata Uang Roma Kuno yang ErotisKota Roma terkenal dengan gaya seni nya yang berselera tinggi, hal tersebut tampak dalam gaya arsitektur bangunan dan tata kota nya yang begitu indah. Namun tahu kah Anda selain design arsitektur dan tata kota nya yang indah ternyata Roma memiliki design koin yang unik?
weird coins01
weird coins02
weird coins03
weird coins04
weird coins05
weird coins06
weird coins07
weird coins08
weird coins09
weird coins10


Museum Makanan Terunik di Dunia

Label:

Negara Amerika memiliki banyak hal-hal unik, termasuk dalam hal makanan. Salah satu toko roti di Amerika, Peanut Butter & Co bahkan membuka museum unik yang diberi nama Nutropolitan Museum of Art yang dibuka hanya untuk merayakan seni selai kacang dan sandwich. Ternyata bukan hanya Nutropolitan Museum of Art saja satu-satunya museum unik yang berisi tentang informasi makanan. Nah, inilah 5 museum makanan lainnya di dunia yang unik dan tentu saja menarik untuk kita kunjungi nantinya


1. The Currywurst Museum, Berlin, Jerman.

Mueseum ini berisi tentang makan-makanan ringan yang menjadi budaya di Jerman. Di museum ini pengunjung akan menikmati ruang rempah-rempah, dimana mereka bisa mencicipi dan mencium aroma campuran Currywurst yang berbeda.
The Currywurst Museum, Berlin, Jerman

2. The National Dairy Shrine Museum, Fort Atkinson, Wis

Industri Dairy Produk memiliki sejarah yang panjang di tanah Amerika. Di museum ini pengunjung akan mendapatkan informasi yang beragam tentang sejarah es krim, menjelajahi evolusi teknologi pembuatan susu, dan informasi seputar dairy produk lainnya.

The National Dairy Shrine Museum, Fort Atkinson, Wis

3. The National Mustard Museum, Midleton, Wis

Di museum ini menawarkan 5600 jenis mustard. Dari sejarah memorabilia tentang mustard hingga ke bumbu-bumbu yang paling popular lainnya di seluruh dunia.

The National Mustard Museum, Midleton, Wis

4. The Idaho Potato Museum, Blackfoot, ID

Wilayah Idaho sudah lama dikaitkan dengan industri kentang. Di museum ini berusaha menampilkan bagaimana kentang Idaho ditanam dan dipanen dan memberikan informasi tentang sejarah kentang Idaho.

The Idaho Potato Museum, Blackfoot, ID

5. The Shinyokohama Ramen Museum, Yokohama, Jepang.

Berbicara Ramen tentu identik dengan kota Jepang. Di museum ini memberikan informasi tentang ramen dimulai dari kota pelabuhan di Jepang. Di museum ini menampilkan sebuah pameran yang menampilkan berbagai jenis ramen baik tradisional dan modern. Pengunjung dapat mencatat perbedaan yang detail dalam seluruh jenis ramen yang ada di Jepang.

The Shinyokohama Ramen Museum, Yokohama, Jepang.

Unlocking HOTSPOT Terkunci.

Label:

Sering kali kita dihadapi dengan satu masalah jaringan HOTSPOT yang dikunci oleh pemiliknya. padahal kita ingin mendapatkan akses internet yang "agak" cepat.
But wait a sec... Don wori. kita coba to crack it.

untuk mengetahui Hotspot yang dikunci, Anda bisa mendapatkan Aplikasi en tutorialnya via google dan Youtube.
(Maaf Penulis belum berani menulis tutorialnya dikarenakan kemampuan yang masih mendasar dalam menggunakan aplikasi ini).

Aplikasi ini bernama " CAIN & ABEL".






NB:
aplikasi ini dapat juga untuk hacking  account Facebook orang lain.
penulis tidak bertanggung jawab atas resiko dari  penggunaan aplikasi di atas.!
gunakan aplikasi berdasarkan hukum dan cyber policy yang berlaku